Skip to content

Merintis Wisata Berbasis Masyarakat yang Ramah Lingkungan di Petungkriyono

Bagikan artikel ini

Petungkriyono 10 tahun yang lalu masih dikenal sebagai wilayah yang sepi dan juga terisolir. Kecamatan yang berada di bagian selatan Kabupaten Pekalongan ini wilayahnya berbukit-bukit dan didominasi kawasan hutan. Namun sejak 5 tahun belakangan ini setiap akhir pekan dan liburan kawasan ini ramai dikunjungi wisatawan yang datang dari Kota Pekalongan.

Potensi wisata alam di Petungkriyono memang tinggi. Banyak lokasi-lokasi dengan pemandangan khas pegunungan yang indah. Ada beberapa air terjun yang dapat dinikmati pengunjung. Sungai-sungai jernih pun mengalir diantara kerimbunan hhutan yang masih alami. Ditambah lagi hawa yang sejuk khas dataran tinggi maka semakin lengkaplah potensi wilayah ini untuk dikunjungi wisatawan. Diluar itu hutan yang masih lebat juga menyimpan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Beberapa hewan langka seperti owa jawa, lutung, landak, harimau kumbang, masih hidup di hutan petungkriyono. Para peneliti juga menginformasikan bahwa tempat ini menjadi habitat berbagai jenis anggrek yang diantaranya langka dan dilindungi.

Berkembangnya Usaha Wisata Oleh Masyarakat Petungkriyono

Berbekal semua potensi yang ada, masyarakat Petungkriyono mencoba mengembangkan beberapa obyek dan juga atraksi wisata sejak 2010-an. Layanan ini dibuka dengan mengembangkan manajemen sederhana yang kemudian berkembang menjadi Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang di bawah pembinaan dari Dinas Kepemudaan dan Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan. Terkait dengan lokasi obyek wisata yang ada di dalam kawasan hutan maka kelompok masyarakat yang mengembangkan usaha pariwisata ini mengembangkan usaha wisata bekerjasama dengan Perum Perhutani. Atraksi wisata yang ditawarkan sebagian besar berupa air terjun, wisata sungai, dan pemandangan alam. Jenis wisata yang dikembangkan masih berupa mass tourism dimana pengembangan infrastruktur buatan seperti tempat selfie yang instagrammable menjadi obyek favorit wisatawan.

Hutan Alam Sekunder yang ada di Petungkriyono

Ekowisata meskipun sudah menjadi wacana di tingkat pemerintah daerah semenjak tahun 2005 namun masih belum dikembangkan secara serius meskipun potensi yang ada sangat besar.Masyarakat di sekitar Kawasan Hutan Petungkriyono saat ini tengah mengembangkan banyak inisiatif dan membangun berbagai obyek wisata di sekitar kawasan hutan ini. Berbagai atraksi coba dikembangkan oleh masyarakat seperti: Atraksi melihat air terjun, water tubing, Café, bumi perkemahan, paket wisata pedesaan dan outbound. Beberapa lokasi dan atraksi wisata yang telah berkembang di Petungkriyono dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Nama Lokasi Desa Atraksi yang dikembangkan
1 Tirta Muncar Mesoyi Melihat air terjun
2 Black Canyon Kayupuring Café, water tubing
3 Welo Asri Kayupuring Water tubing
4 Curug Muncar Curug Muncar Melihat air terjun, pemandian air panas, berkemah, jungle tracking
5 Puncak Tugu dan Jalak Yosorejo Hiking, dan melihat pemandangan, berkemah
6 Curug Bajing Tlogopakis Melihat air terjun
7 Karang Srity Tlogopakis Berkemah, outbound, wisata desa, natural water boom
8 Situs Lingga Yoni Tlogopakis Wisata sejarah
9 Embung Rawa Tlogopakis Kuliner ikan, berperahu
10 Puncak Kendalisodo Tlogopakis Hiking, berkemah
11 Telaga Sigebyar Tlogopakis Melihat telaga, berperahu

Pihak pemerintah daerah sendiri sangat mendukung dengan pengembangan wisata alam ini. Sejak tahun 2018 dilakukan penyempurnaan akses ke dalam kawasan dengan memperbaiki jalan. Saat ini akses jalan ke dalam kawasan sangat lancar karena jalan sudah berupa aspal hotmix dengan lebar 4 m. Dengan semakin terbukanya akses ini maka kegiatan wisata di kawasan ini semakin marak. Berkembangnya wisata alam di kawasan ini merupakan berkah tersendiri bagi masyarakat. Kunjungan semakin meningkat pada hari-hari libur. Namun disisi lain kegiatan wisata ini berpotensi untuk meningkatkan gangguan terhadap kehidupan satwa liar yang ada di kawasan, jika tidak terkendali kegiatan wisata yang berlebihan justru dapat ber-efek negatif terhadap kehidupan berbagai satwa liar yang ada di kawasan ini. seperti Owa Jawa yang merupakan ikon kawasan ini.

Resiko Pengembangan Wisata Alam Secara Massal

Mengingat semakin berkembangnya usaha wisata yang ada di wilayah ini, maka perlu diperhatikan beberapa potensi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang dalam perspektif keberlanjutan. Berdasarkan proses assessment di lapangan oleh Yayasan Resiliensi Lingkungan Indonesia (YRLI) pengembangan wisata di wilayah ini mempunyai beberapa resiko ke depan jika tidak diperhatikan oleh para pelaku usaha wisata dan parapihak terkait. Resiko ini melingkupi aspek sosial, lingkungan maupun aspek budaya lokal. Beberapa potensi resiko pengembangan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

Aspek Potensi Resiko
Sosial • Konflik horizontal sebagai imbas dari persaingan usaha wisata. Persaingan ini bisa antar pelaku individu, antar obyek dan juga antar desa
• Tergesernya pelaku wisata setempat oleh investor yang bermodal lebih kuat
Lingkungan Hidup • Berkurangnya luasan tutupan lahan hutan untuk pembangunan infrastruktur
• Pencemaran lingkungan karena sampah wisatawan yang tidak dikelola dengan baik
• Terganggunya habitat satwa liar dan langka akibat kunjungan wisatawan
• Kebisingan saat musim puncak kunjungan
Budaya • Hilangnya ciri khas bangunan tradisional tergantikan oleh arsitektur modern
• Hilangnya tradisi bertani oleh kalangan generasi muda

Berdasarkan analisa terhadap berbagai potensi resiko dan dampak negatif dari perkembangan wisata di atas maka RELUNG Indonesia berinisiatif untuk mensosialisasikan gagasan tentang Wisata Berkelanjutan pada parapihak terkait kepariwisataan di Petungkriyono.

Wisata Berkelanjutan

Badan Dunia tentang Kebudayaan (UNESCO) mendefinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai kegiatan pariwisata yang menghormati masyarakat lokal, para wisatawan, warisan budaya serta lingkungan hidup. Sedangkan Badan Dunia untuk Perdagangan (UN WTO) memberikna pengertian tentang pariwisata berkelanjutan adalah:

“The development of sustainable tourism meets the needs of the tourists and the current hosts of the region, at the same time as it protects and improves the opportunities of the future. It is focused on the management of all the resources in such a way as to satisfy all the economic, social and aesthetic needs, and at the same time as it respects the cultural integrity, the essential ecological processes, the biological diversity and the life support systems”

Pembangunan pariwisata berkelanjutan memenuhi kebutuhan wisatawan dan para pelaku usaha setempat, sekaligus melindungi dan meningkatkan peluang di masa depan. Ini difokuskan pada pengelolaan semua sumber daya sedemikian rupa untuk memenuhi semua kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika, dan pada saat yang sama menghormati integritas budaya, proses-proses ekologi esensial (penting), keanekaragaman hayati dan sistem-sistem pendukung kehidupan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka  RELUNG Indonesia berupayakan mempromosikan nilai-nilai dan gagasan mendasar dari pariwisata berkelanjutan di kawasan hutan Petungkriyono.

Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan wawasan keberlanjutan kepada para stakeholder terkait utamanya para pelaku wisata yang mengelola obyek, lokasi ataupun atraksi wisata di kawasan ini. Dengan adanya pemahaman para pelaku usaha wisata tentang wisata yang berkelanjutan maka segala macam resiko yang diidentifikasi di atas tidak muncul mengiringi berkembangnya pariwisata di masa yang akan datang. Selain itu dengan berkembangnya wawasan tentang pariwisata berkelanjutan ini akan meningkatkan kualitas layanan wisata yang ada di Petungkriyono.

Apa yang Telah Dilakukan

Inisiatif yang dikembangkan oleh RELUNG Indonesia ini masih pada tahapan awal. Hal ini dilakukan dengan melakukan diskusi dengan para pengelola wisata. Diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pelaku wisata atau permasalahan tentang kawasan hutan di Petungkriyono itu sendiri.

Dari diskusi-diskusi yang diselenggarakan paling tidak ada beberapa isu yag disampaikan oleh para partisipan, diantaranya adalah:

  1. Persolan sampah wisata yang belum ada sistem ataupun kebijakan yang mengaturnya
  2. Masalah perburuan satwa liar yang masih terjadi
  3. Kebisingan dan kemacetan di saat musim puncak kunjungan
  4. Kelembagaan pengelolaan usaha wisata
  5. Persaingan antar obyek wisata
Diskusi dengan para pelaku wisata di Welo Asri

Berdasarkan sejumlah diskusi ini maka diperlukan upaya-upaya tindak lanjut, yaitu:

  • Mempererat komunikasi dan koordinasi antar pelaku wisata di Petungkriyono
  • Perlu dilakukan upaya koordinasi dan sinergi dengan pihak-pihak terkait tentang permasalahan sampah, perburuan satwa
  • Perlunya mengembangkan paket wisata bersama yang berprinsip pada pemerataan akses pengunjung terhadap obyek-obyek wisata yang ada.
Diskusi tentang wisata berkelanjutan di Tlogopakis