Mengoptimalkan Air Hujan Untuk Kebutuhan Air Bersih di Kawasan Pesisir dan Gambut

Masalah air Bersih di Area Pesisir dan Gambut

Penduduk di wilayah Kecamatan Banyuasin II dan Kecamatan Karang Agung Ilir masih menghadapi permasalahan dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Kedua kecamatan ini secara geografis berada di kawasan pesisir dan dataran rendah Kabupaten Banyuasin. Desa-desa di Kecamatan Banyuasin II pada umumnya merupakan perkampungan nelayan di pesisir dengan rumah-rumah panggung di tepian pantai yang terkena pasang-surut air laut. Uniknya masyarakat hingga saat ini masih banyak yang memanfaatkan air pantai atau muara yang payau atau asin ini untuk keperluan mandi dan mencuci, hanya untuk kepentingan minum dan masak aja mereka menggunakan air tawar. Air tawar diperoleh dari air hujan pada musim penghujan sedangkan di saat kemarau mereka membeli air kemasan atau air galon untuk minum dan memasak.

Permasalahan serupa juga dialami oleh masyarakat yang ada di kawasan gambut. Meskipun di sekeliling mereka terdapat air yang melimpah namun air yang ada ini bersifat asam dan tidak layak untuk dikonsumsi. Panen air hujan merupakan salah satu alternatif untuk mencukupi kebutuhan mereka akan air bersih. Salah satu wilayah yang mempunyai permasalahan ini adalah Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, khususnya di Desa Muara Merang dan  Desa Kepayang. Sebagian pemukiman masyarakat di kedua desa ini berada di lahan-lahan gambut yang mana air yang ada di kawasan seperti ini bersifat asam.

Melihat permasalahan ini beberapa aktivis dari RELUNG Indonesia yang didukung oleh Yayasan Penabulu mengembangkan  program  Gerakan Panen Air Hujan (GePAH). GePAH dikembangkan di Area Kecamatan Banyuasin II maupun Kecamatan Karang Agung Ilir.  Secara umum, masyarakat di wilayah ini masih mengandalkan air hujan, namun pada musim kemarau yang cukup panjang, masyarakat mengalami kesulitan dalam pemenuhan air bersih terutama untuk konsumsi. Sebagian besar anggota masyarakat di kedua kecamatan ini pun telah membuat instalasi pemanenan air hujan, akan tetapi mereka menampungnya tanpa adanya sistem penyaringan sehingga tidak menghasilkan air konsumsi yang berkualitas.

Menyaring Air Hujan Untuk Air Konsumsi Yang Berkualitas

Intervensi dari tim RELUNG Indonesia difokuskan kepada pengenalan sistem penyaringan yang lebih baik dan sistem kelola kolektif terhadap instalasi yang dibangun. Instalasi pemanenan air hujan yang dikenalkan terdiri dari alat penyaring, bak penampung, dan alat pengolah air hujan menjadi air yang layak konsumsi. Instalasi ini cukup sederhana dan terjangkau bagi desa-desa sasaran. Meskipun begitu, air yang dihasilkan dinilai lebih baik daripada yang dihasilkan melalui metode konvensional. Selanjutnya, instalasi ini diutamakan dipasang di fasilitas-fasilitas publik dan dikelola secara bersama. Selain membangun sistem kelola secara kolektif, instalasi di fasilitas publik berfungsi sebagai percontohan bagi masyarakat yang ingin membangun instalasi baru atau meningkatkan kualitas instalasi yang sudah ada di rumah masing-masing. Berikut ini adalah skema sistem penyaringan yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas air hujan yang akan dimanfaatkan  oleh masyarakat sebagai sumber air bersih.

Ilustrasi Sistem Pemanenan Air Hujan

Mengajak Berbagai Pihak dan Membuat Unit – Unit Percontohan

Di pertengahan bulan September 2019, instalasi percontohan pertama dipasang di Kantor Desa Sungsang IV, Kecamatan Banyuasin II. Beberapa hari berikutnya, dipasang instalasi yang sama di Kantor Kecamatan Banyuasin II dan Kantor Kecamatan Karang Agung Ilir. Proses pemasangan didahului oleh diskusi dan sosialisasi terkait hal-hal teknis pemasangan berikut koordinasi pemasangan secara bergotong-royong. Tujuan khusus dari sosialisasi ini adalah sebagai berikut:

  1. Pengenalan instalasi pemanenan air hujan sebagai alternative Pemenuhan kebutuhan air konsumsi masyarakat yang berkualitas dalam jumlah yang cukup.
  2. Mensosialisasikan pembangunan demplot instalasi panen air hujan.
  3. Mendorong mekanisme gotong royong dan penguatan kapasitas masyarakat lokal untuk membangun instalasi PAH.
  4. Mendorong ketahanan air bersih sebagai pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat secara berkelanjutan melalui manajemen air yang baik.

Acara sosialisasi ini melibatkan pihak Pemerintah Kabupaten Banyuasin khususnya dari Bappeda Kab. Banyuasin, perwakilan Dinas Perkimtan Kab. Banyuasin, camat dan beberapa kepala desa.  Setelah melalui proses sosialisasi dan penjelasan teknis para peserta acara sosialisasi ini sepakat untuk:

  1. Mengadopsi sistem PAH Perkim yang sudah ada programnya namun belum sempurna, sehingga kedepannya perkimtan dapat diikutsertakan kembali untuk kegiatan ini
  2. Kecamatan mendorong desa untuk membangun instalasi PAH menggunakan dana desa
  3. Harapan kedepan adanya studi banding ke jogja untuk pembelajaran memanen air hujan
  4. Desa sepakat menerima pengembangan demplot instalasi PAH yang kedepannya berpeluang dikembangkan melalui dana desa

Pengembangan sarana air minum melalui sistem pemanenan air hujan adalah hal sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait. Meskipun secara teknis adalah hal yang sederhana, sistem yang dikenalkan bisa menjadi entry point bagi berkembangknya ketahanan air bersih berbasis masyarakat. Instalasi ini bukanlah perangkat mahal yang sehingga sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat desa. Pengembangan  instalasi ini mendorong mekanisme gotong royong dan penguatan kapasitas masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Proses Pembuatan Instalasi Penyaringan Panen Air Hujan

Paska Percontohan

Sekitar 15 unit percontohan instalasi Panen Air Hujan dibangun, maka saat ini masyarakat telah dapat melihat hasil dan fungsi dari instalasi Pemanenan Air Hujan ini. Pada awal atau hujan yang pertama nampaknya kuaitas air memang masih belum seperti yang diinginkan karena air hujan yang mengalir dari atap rumah masih sangat kotor. Namun setelah hujan yang kedua dan seterusnya telah banyak warga masyarakat yang menyaksikan dan membuktikan hasil dari sistem penyaringan yang dibuat. Dampaknya adalah beberapa warga di Banyuasin II maupun di Karang Agung Ilir mempunyai inisiatif untuk mengembangkan instalasi secara mandiri.  Beberapa Desa juga berencana untuk menganggaran Dana Desa untuk mengembangkan skema ini.

Instalasi Panen Air Hujan yang Telah Dilengkapi dengan Sistem Penyaringan 3 Tingkat

Pembelajaran dan Tindak Lanjut

Program ini baru bersifat percontohan, terutama percontohan tentang sistem penyaringan air hujan untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik.  Unit-unit percontohan diletakkan pada fasilitas umum seperti kantor desa, kantor kecamatan, atau gedung sekolah dengan harapan dapat dijadikan contoh bagi masyarakat. Yang perlu dicatat dari pola ini adalah belum adanya unit yang bersifat kolektif. Padahal 1 unit alat penyaring sebenarnya mampu digunakan tidak hanya untuk menampung 1000 m3 namun dapat dimanfaatkan untuk bak penampungan yang lebih besar. Unit penampungan ini perlu mempertimbangkan panjang hari tidak hujan disaat musim kemarau sehingga bisa berfungsi efektif disaat musim kemarau.

Selanjutnya perlu dipikirkan untuk langkah-langkah pengembangannya. Langkah pengembangan yang dapat dilakukan adalah:

  1. Menyediakan teknisi lokal di desa setempat yang mampu membuat instalasi penyaringan
  2. Mengembangkan unit-unit kolektif dengan unit penampungan yang lebih besar sehingga pemanfaatan alat penyaringan lebih efektif dan efisien.