Email Address

info@relung.or.id

Phone Number

+62 851-7544-2708

Our Location

Sleman, Yogyakarta 55573

Dampak Krisis Iklim Terhadap Nelayan Tradisional Indonesia: Penurunan Tangkapan Ikan, Pendapatan, dan Solusi Berkelanjutan

Pojok Pengetahuan

Nelayan Tradisional Indonesia Dalam Cekaman Krisis Iklim

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau, memiliki sejarah panjang yang terkait erat dengan laut. Sektor perikanan menjadi tulang punggung bagi banyak komunitas pesisir, terutama nelayan tradisional yang menggantungkan hidupnya pada kekayaan laut. Namun, perubahan iklim telah membawa dampak signifikan terhadap kehidupan dan kesejahteraan mereka. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana perubahan iklim memengaruhi nelayan tradisional di Indonesia, dengan menyoroti data valid untuk menggambarkan situasi yang mereka hadapi.

Gambaran Umum Nelayan Tradisional di Indonesia

Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), terdapat sekitar 2,7 juta nelayan di Indonesia, dengan sebagian besar di antaranya adalah nelayan tradisional yang menggunakan perahu kecil dan alat tangkap sederhana. Mayoritas nelayan ini berada dalam kelompok ekonomi bawah, dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, tingkat kemiskinan di komunitas pesisir mencapai sekitar 25%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang sebesar 9,78%.

 

Sebagian besar nelayan tradisional tinggal di perkampungan kumuh di areal pasang surut, di mana akses terhadap air bersih seringkali minim. Mereka tinggal berhimpitan pada rumah-rumah panggung dengan sistem sanitasi yang buruk. Kondisi lingkungan ini tidak hanya memperburuk kualitas hidup, tetapi juga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit dan bencana alam, seperti banjir dan gelombang pasang.

Dampak Perubahan Iklim pada Nelayan Tradisional

  1. Penurunan Jumlah Tangkapan Perubahan iklim telah menyebabkan perubahan signifikan dalam ekosistem laut, termasuk migrasi ikan ke perairan yang lebih dalam atau lebih dingin. Data dari KKP menunjukkan bahwa sejak tahun 2010, terjadi penurunan jumlah tangkapan ikan sebesar 20-30% di beberapa wilayah pesisir. Hal ini menyebabkan nelayan harus berlayar lebih jauh dan menghabiskan lebih banyak waktu di laut untuk mendapatkan tangkapan yang memadai.
  2. Penurunan Pendapatan Penurunan jumlah tangkapan langsung memengaruhi pendapatan nelayan. Menurut sebuah studi oleh International Labour Organization (ILO) pada tahun 2018, pendapatan nelayan tradisional di Indonesia telah menurun hingga 30% dalam satu dekade terakhir. Dampak ekonomi ini sangat dirasakan oleh keluarga nelayan, yang sering kali tidak memiliki sumber penghasilan alternatif.
  3. Kerusakan Habitat Laut Perubahan iklim juga menyebabkan kerusakan habitat laut, seperti terumbu karang dan hutan bakau, yang merupakan tempat berkembang biaknya banyak spesies ikan. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pada tahun 2021, sekitar 35% dari terumbu karang di Indonesia mengalami pemutihan yang signifikan akibat pemanasan suhu laut, yang berdampak langsung pada populasi ikan.
  4. Peningkatan Frekuensi Cuaca Ekstrem Cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens, seperti badai dan gelombang tinggi, juga mengancam keselamatan nelayan dan meningkatkan risiko kerusakan alat tangkap mereka. Kondisi ini tidak hanya mengganggu aktivitas penangkapan ikan tetapi juga meningkatkan biaya perbaikan perahu dan alat tangkap yang rusak.

Kondisi Sosial dan Ekonomi Nelayan Tradisional

Selain tantangan yang dihadapi akibat perubahan iklim, nelayan tradisional juga berhadapan dengan kondisi sosial dan ekonomi yang menantang. Mereka tinggal di lingkungan yang sering kekurangan infrastruktur dasar seperti air bersih, sanitasi yang memadai, dan fasilitas kesehatan. Hal ini memperburuk kondisi kesehatan mereka dan keluarga mereka, serta membatasi akses mereka terhadap pendidikan dan peluang ekonomi lainnya.

 

Pendidikan anak-anak nelayan seringkali terabaikan karena keterbatasan ekonomi keluarga, yang lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari. Tingkat putus sekolah di komunitas nelayan cenderung tinggi, yang memperpetuasi siklus kemiskinan. Akses yang terbatas terhadap fasilitas kesehatan juga menyebabkan tingginya angka penyakit yang dapat dicegah, seperti penyakit kulit dan infeksi saluran pernapasan.

Upaya Mengatasi Dampak Perubahan Iklim

Untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap nelayan tradisional, berbagai langkah perlu diambil:

  1. Diversifikasi Sumber Pendapatan Pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat membantu nelayan dengan program diversifikasi ekonomi, seperti budidaya perikanan, ekowisata, atau pelatihan keterampilan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada penangkapan ikan.
  2. Pengelolaan Sumber Daya yang Berkelanjutan Implementasi praktik pengelolaan perikanan yang berkelanjutan sangat penting. Ini termasuk pembatasan penangkapan ikan pada musim tertentu dan perlindungan terhadap habitat laut yang kritis.
  3. Peningkatan Teknologi dan Infrastruktur Penyediaan teknologi tangkap yang lebih efisien dan aman, serta peningkatan infrastruktur pelabuhan dan tempat penyimpanan ikan, dapat membantu nelayan beradaptasi dengan perubahan kondisi laut.
  4. Edukasi dan Kesadaran Meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim dan dampaknya, serta memberikan edukasi tentang strategi adaptasi, dapat memberdayakan komunitas nelayan untuk menghadapi tantangan ini.

Kesimpulan

Perubahan iklim telah membawa tantangan besar bagi nelayan tradisional di Indonesia, yang berjuang untuk mempertahankan mata pencaharian mereka di tengah kondisi yang semakin sulit. Dengan data yang menunjukkan penurunan tangkapan dan pendapatan, serta kerusakan habitat laut yang signifikan, jelas bahwa tindakan yang komprehensif dan terkoordinasi diperlukan untuk membantu mereka beradaptasi. Melalui upaya bersama dari pemerintah, komunitas, dan berbagai pemangku kepentingan, kita dapat membantu nelayan tradisional bertahan dan beradaptasi dalam menghadapi perubahan iklim yang terus berlangsung.

 

Referensi:

  • Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Sektor Kelautan dan Perikanan.
  • Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2021). Laporan Tahunan KKP 2021.
  • International Labour Organization. (2018). Impact of Climate Change on Fishing Communities in Indonesia.
  • LIPI Pusat Penelitian Oseanografi. (2021). Penelitian Terumbu Karang Indonesia.

 

Kontributor:

Meiardhy Mujianto

“Worry often gives a small thing a big shadow.”

-Swedish proverb

Tags :
Pojok Pengetahuan
Share This :

Contact Info

Newsletter

Jaga lingkungan bersama Relung Indonesia Foundation! Dapatkan informasi terkini seputar kehutanan dan lingkungan di Indonesia.

Relung Indonesia Foundation

Copyright © 2023. All rights reserved.