Email Address

info@relung.or.id

Phone Number

+62 851-7544-2708

Our Location

Sleman, Yogyakarta 55573

Sampah Menumpuk, Siapa yang seharusnya bertanggungjawab?

Akses layanan dasar dan peningkatan kualitas bagi masyarakat

Apa yang pertama kali terlintas ketika mendengar kata sampah?

Kotor, Jorok, bau busuk dan tidak enak dilihat. Mungkin itulah yang terlintas di kepala kita ketika mendengar istilah sampah. Sampah adalah material sisa yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun alam yang tidak lagi memiliki nilai guna atau sudah tidak diinginkan. Sampah dapat berupa bahan organik seperti sisa makanan dan dedaunan, serta bahan anprganik seperti plastik, kaca dan logam.

 

Sampah yang menumpuk menjadi permasalah lingkungan yang semakin mendesak. Pertumbuhan populasi, urbanisasi dan konsumsi yang meningkat menyebabkan produksi sampah yang lebih besar. Namun, pertanyaannya adalah: siapa yang bertanggung jawab ats pengelolaan sampah ini?

Dari mana sampah-sampah itu berasal?

Masalah sampah telah ada sejak manusia mulai menetap dan membentuk komunitas. Pada zaman prasejarah, manusia hidup secara nomaden sehingga tidak menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Namun, dengan munculnya peradaban kuno seperti mesir, mesopotamia dan romawi peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan produksi sampah. Pada abad ke-19, revolusi industri mempercepat pertumbuhan populasi dan konsumsi barang, yang akhirnya meningkatkan produksi sampah secara signifikan. Di era modern, terutama sejak penggunaan plastik secara luas pada pertengahan abad ke-20 permasalahan sampah semakin kompleks karena banyaknya material yang sulit terurai.

 

Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, timbulan sampah di Indonesia mencapai 69,9 juta ton per tahun atau 191.500 ton per hari. Setiap individu di indonesia rata-rata menghasilkan sekitar 0,68 kilogram sampah per hari. Dari total produksi sampah tersebut, sekitar 63,3% dapat terkelola, sementara sianya 35,67% tidak terkelola dengan baik.

Jenis sampah apa saja yang banyak ditemukan dan menumpuk? Lalu jika sampah menumpuk, apa dampaknya bagi kita?

Sampah yang paling banyak menumpuk di lingkungan terdiri dari berbagai jenis diantaranya adalah sampa plastik, sampah organik, sampah kertas dan karton, sampah logam dan kaca serta sampah elektronik. Tak jarang kita juga menjumpai sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Sampah plastik menjadi perhatian utama kerena sifatnya yang sulit terurai. Butuh ratusan tahun agar plastik benar-benar terurai secara alami.

 

Jika sampah dibiarkan terus menumpuk tanpa pengelolaan yang baik, berbagai dampak negatif dapat terjadi, baik terhadap lingkungan, kesehatan manus maupun ekonomi. Pencemaran lingkungan, Penyakit dan masalah kesehatan, Banjir akiat drainase tersumbat dan penyumbang emisi (gas metana) dan pemanasan global adalah beberapa dampak yang dapat ditimbulkan akibat menumpuknya sampah.

 

Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari tanah, air dan udara. Sampah yang terbuang ke laut dapat membahayakan ekosistem laut sementara limbah organik yang membusuk dapat mencemari air, tanah dan udara. Sampah yang menumpuk juga menjadi tempat berkembang biak bagi vektor penyakit seperti nyamuk, tikus dan lalat yang dapat menyebarkan penyakit seperti demam berdarah, kolera, diare dan infeksi kulit. Sampah yang dibuang sembarangan terutama plastik sering menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir di daerah perkotaan.

 

Biaya pengolahan sampah yang tidak efisien juga dapat membebani anggaran pemerintah dan masyarakat. Selain itu, kawasan yang dipenuhi sampah cenderung kehilangan daya tarik wisata dan investasi.

Kebijakan pemerintah apa saja yang sudah dibuat untuk mengatasi persoalan ini?

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasu persoalan sampah yang menumpuk, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Kebijakan yang sudah dibuat diantaranya; Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Presiden No. 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah yang mengargetkan pengurangan sampah hingga 30% dan pengelolaan sampah hingga 70% pada tahun 2025, Permen LHK No. 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen dan banyak lagi di level daerah. Berbagai inisiatif juga sudah dilakukan seperti Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Program Bank Sampah, Kebijakan pengurangan plastik sekali pakai yang diterapkan di pusat perbelanjaan dan program serupa yang diinisiasi oleh berbagai kalangan masyarakat.

 

Segala upaya yang sudah dilakukan mungkin berdampak pada pengurangan jumlah sampah yang menumpuk saat itu, akan tetapi apakah kegiatan tersebut berdampak pada perubahan prilaku masyarakat kita?

Lalu Bagaimana peran kita agar sampah tidak terus menumpuk?

Kita dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan sampah dengan menerapkan konsumsi yang bertanggung jawab, yaitu dengan memilih produk yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Salah satu langkah konkret adalah membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum dan wadah makan yang dapat digunakan ulang, serta memilih produk dengan kemasan minimal atau dapat didaur ulang. Selain itu, kita juga perlu bijak dalam berbelanja dengan hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan untuk menghindari pemborosan dan limbah berlebih. Memilah sampah dari rumah, mendukung produk lokal yang berkelanjutan, serta berpartisipasi dalam program daur ulang dan bank sampah juga merupakan cara nyata untuk mengurangi dampak lingkungan. Dengan menerapkan pola konsumsi yang lebih sadar dan bertanggung jawab, kita dapat membantu mengurangi timbunan sampah dan menjaga keseimbangan ekosistem bagi generasi mendatang.

 

Menjaga lingkungan yang sehat adalah tanggung jawab kita bersama, dan setiap langkah kecil yang kita ambil dapat membawa perubahan besar. Mari kita mulai dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan, mengurangi sampah, dan melestarikan sumber daya alam. Kita bisa mengajak keluarga, teman, dan komunitas sekitar untuk lebih peduli dengan lingkungan, seperti membiasakan membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, serta menanam pohon untuk memperbaiki kualitas udara. Dengan bekerja sama dan saling mengingatkan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan nyaman untuk ditinggali. Ingat, kepedulian kita hari ini akan menentukan masa depan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang. Mari bergerak bersama untuk lingkungan yang lebih hijau dan sehat!

 

Kontributor:

Ahmad Rifa’i

“Worry often gives a small thing a big shadow.”

-Swedish proverb

Tags :
Akses layanan dasar dan peningkatan kualitas bagi masyarakat
Share This :

Contact Info

Newsletter

Jaga lingkungan bersama Relung Indonesia Foundation! Dapatkan informasi terkini seputar kehutanan dan lingkungan di Indonesia.

Relung Indonesia Foundation

Copyright © 2023. All rights reserved.