Merintis Wisata Berbasis Masyarakat yang Ramah Lingkungan di Petungkriyono

Petungkriyono 10 tahun yang lalu masih dikenal sebagai wilayah yang sepi dan juga terisolir. Kecamatan yang berada di bagian selatan Kabupaten Pekalongan ini wilayahnya berbukit-bukit dan didominasi kawasan hutan. Namun sejak 5 tahun belakangan ini setiap akhir pekan dan liburan kawasan ini ramai dikunjungi wisatawan yang datang dari Kota Pekalongan.

Potensi wisata alam di Petungkriyono memang tinggi. Banyak lokasi-lokasi dengan pemandangan khas pegunungan yang indah. Ada beberapa air terjun yang dapat dinikmati pengunjung. Sungai-sungai jernih pun mengalir diantara kerimbunan hhutan yang masih alami. Ditambah lagi hawa yang sejuk khas dataran tinggi maka semakin lengkaplah potensi wilayah ini untuk dikunjungi wisatawan. Diluar itu hutan yang masih lebat juga menyimpan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Beberapa hewan langka seperti owa jawa, lutung, landak, harimau kumbang, masih hidup di hutan petungkriyono. Para peneliti juga menginformasikan bahwa tempat ini menjadi habitat berbagai jenis anggrek yang diantaranya langka dan dilindungi.

Berkembangnya Usaha Wisata Oleh Masyarakat Petungkriyono

Berbekal semua potensi yang ada, masyarakat Petungkriyono mencoba mengembangkan beberapa obyek dan juga atraksi wisata sejak 2010-an. Layanan ini dibuka dengan mengembangkan manajemen sederhana yang kemudian berkembang menjadi Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang di bawah pembinaan dari Dinas Kepemudaan dan Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan. Terkait dengan lokasi obyek wisata yang ada di dalam kawasan hutan maka kelompok masyarakat yang mengembangkan usaha pariwisata ini mengembangkan usaha wisata bekerjasama dengan Perum Perhutani. Atraksi wisata yang ditawarkan sebagian besar berupa air terjun, wisata sungai, dan pemandangan alam. Jenis wisata yang dikembangkan masih berupa mass tourism dimana pengembangan infrastruktur buatan seperti tempat selfie yang instagrammable menjadi obyek favorit wisatawan.

Hutan Alam Sekunder yang ada di Petungkriyono

Ekowisata meskipun sudah menjadi wacana di tingkat pemerintah daerah semenjak tahun 2005 namun masih belum dikembangkan secara serius meskipun potensi yang ada sangat besar.Masyarakat di sekitar Kawasan Hutan Petungkriyono saat ini tengah mengembangkan banyak inisiatif dan membangun berbagai obyek wisata di sekitar kawasan hutan ini. Berbagai atraksi coba dikembangkan oleh masyarakat seperti: Atraksi melihat air terjun, water tubing, Café, bumi perkemahan, paket wisata pedesaan dan outbound. Beberapa lokasi dan atraksi wisata yang telah berkembang di Petungkriyono dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Nama Lokasi Desa Atraksi yang dikembangkan
1 Tirta Muncar Mesoyi Melihat air terjun
2 Black Canyon Kayupuring Café, water tubing
3 Welo Asri Kayupuring Water tubing
4 Curug Muncar Curug Muncar Melihat air terjun, pemandian air panas, berkemah, jungle tracking
5 Puncak Tugu dan Jalak Yosorejo Hiking, dan melihat pemandangan, berkemah
6 Curug Bajing Tlogopakis Melihat air terjun
7 Karang Srity Tlogopakis Berkemah, outbound, wisata desa, natural water boom
8 Situs Lingga Yoni Tlogopakis Wisata sejarah
9 Embung Rawa Tlogopakis Kuliner ikan, berperahu
10 Puncak Kendalisodo Tlogopakis Hiking, berkemah
11 Telaga Sigebyar Tlogopakis Melihat telaga, berperahu

Pihak pemerintah daerah sendiri sangat mendukung dengan pengembangan wisata alam ini. Sejak tahun 2018 dilakukan penyempurnaan akses ke dalam kawasan dengan memperbaiki jalan. Saat ini akses jalan ke dalam kawasan sangat lancar karena jalan sudah berupa aspal hotmix dengan lebar 4 m. Dengan semakin terbukanya akses ini maka kegiatan wisata di kawasan ini semakin marak. Berkembangnya wisata alam di kawasan ini merupakan berkah tersendiri bagi masyarakat. Kunjungan semakin meningkat pada hari-hari libur. Namun disisi lain kegiatan wisata ini berpotensi untuk meningkatkan gangguan terhadap kehidupan satwa liar yang ada di kawasan, jika tidak terkendali kegiatan wisata yang berlebihan justru dapat ber-efek negatif terhadap kehidupan berbagai satwa liar yang ada di kawasan ini. seperti Owa Jawa yang merupakan ikon kawasan ini.

Resiko Pengembangan Wisata Alam Secara Massal

Mengingat semakin berkembangnya usaha wisata yang ada di wilayah ini, maka perlu diperhatikan beberapa potensi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang dalam perspektif keberlanjutan. Berdasarkan proses assessment di lapangan oleh Yayasan Resiliensi Lingkungan Indonesia (YRLI) pengembangan wisata di wilayah ini mempunyai beberapa resiko ke depan jika tidak diperhatikan oleh para pelaku usaha wisata dan parapihak terkait. Resiko ini melingkupi aspek sosial, lingkungan maupun aspek budaya lokal. Beberapa potensi resiko pengembangan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

Aspek Potensi Resiko
Sosial • Konflik horizontal sebagai imbas dari persaingan usaha wisata. Persaingan ini bisa antar pelaku individu, antar obyek dan juga antar desa
• Tergesernya pelaku wisata setempat oleh investor yang bermodal lebih kuat
Lingkungan Hidup • Berkurangnya luasan tutupan lahan hutan untuk pembangunan infrastruktur
• Pencemaran lingkungan karena sampah wisatawan yang tidak dikelola dengan baik
• Terganggunya habitat satwa liar dan langka akibat kunjungan wisatawan
• Kebisingan saat musim puncak kunjungan
Budaya • Hilangnya ciri khas bangunan tradisional tergantikan oleh arsitektur modern
• Hilangnya tradisi bertani oleh kalangan generasi muda

Berdasarkan analisa terhadap berbagai potensi resiko dan dampak negatif dari perkembangan wisata di atas maka RELUNG Indonesia berinisiatif untuk mensosialisasikan gagasan tentang Wisata Berkelanjutan pada parapihak terkait kepariwisataan di Petungkriyono.

Wisata Berkelanjutan

Badan Dunia tentang Kebudayaan (UNESCO) mendefinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai kegiatan pariwisata yang menghormati masyarakat lokal, para wisatawan, warisan budaya serta lingkungan hidup. Sedangkan Badan Dunia untuk Perdagangan (UN WTO) memberikna pengertian tentang pariwisata berkelanjutan adalah:

“The development of sustainable tourism meets the needs of the tourists and the current hosts of the region, at the same time as it protects and improves the opportunities of the future. It is focused on the management of all the resources in such a way as to satisfy all the economic, social and aesthetic needs, and at the same time as it respects the cultural integrity, the essential ecological processes, the biological diversity and the life support systems”

Pembangunan pariwisata berkelanjutan memenuhi kebutuhan wisatawan dan para pelaku usaha setempat, sekaligus melindungi dan meningkatkan peluang di masa depan. Ini difokuskan pada pengelolaan semua sumber daya sedemikian rupa untuk memenuhi semua kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika, dan pada saat yang sama menghormati integritas budaya, proses-proses ekologi esensial (penting), keanekaragaman hayati dan sistem-sistem pendukung kehidupan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka  RELUNG Indonesia berupayakan mempromosikan nilai-nilai dan gagasan mendasar dari pariwisata berkelanjutan di kawasan hutan Petungkriyono.

Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan wawasan keberlanjutan kepada para stakeholder terkait utamanya para pelaku wisata yang mengelola obyek, lokasi ataupun atraksi wisata di kawasan ini. Dengan adanya pemahaman para pelaku usaha wisata tentang wisata yang berkelanjutan maka segala macam resiko yang diidentifikasi di atas tidak muncul mengiringi berkembangnya pariwisata di masa yang akan datang. Selain itu dengan berkembangnya wawasan tentang pariwisata berkelanjutan ini akan meningkatkan kualitas layanan wisata yang ada di Petungkriyono.

Apa yang Telah Dilakukan

Inisiatif yang dikembangkan oleh RELUNG Indonesia ini masih pada tahapan awal. Hal ini dilakukan dengan melakukan diskusi dengan para pengelola wisata. Diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pelaku wisata atau permasalahan tentang kawasan hutan di Petungkriyono itu sendiri.

Dari diskusi-diskusi yang diselenggarakan paling tidak ada beberapa isu yag disampaikan oleh para partisipan, diantaranya adalah:

  1. Persolan sampah wisata yang belum ada sistem ataupun kebijakan yang mengaturnya
  2. Masalah perburuan satwa liar yang masih terjadi
  3. Kebisingan dan kemacetan di saat musim puncak kunjungan
  4. Kelembagaan pengelolaan usaha wisata
  5. Persaingan antar obyek wisata
Diskusi dengan para pelaku wisata di Welo Asri

Berdasarkan sejumlah diskusi ini maka diperlukan upaya-upaya tindak lanjut, yaitu:

  • Mempererat komunikasi dan koordinasi antar pelaku wisata di Petungkriyono
  • Perlu dilakukan upaya koordinasi dan sinergi dengan pihak-pihak terkait tentang permasalahan sampah, perburuan satwa
  • Perlunya mengembangkan paket wisata bersama yang berprinsip pada pemerataan akses pengunjung terhadap obyek-obyek wisata yang ada.
Diskusi tentang wisata berkelanjutan di Tlogopakis

Mengembangkan Pola Agroforestry yang Tepat untuk Dataran Tinggi Merapi – Merbabu

Persoalan Tata Guna Lahan di Dataran Tinggi Merapi-Merbabu

Lahan – lahan di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu hingga saat ini dimanfaatkan secara sangat intensif oleh masyarakat dengan melakukan budidaya tanaman sayur-sayuran dan tembakau. Hal ini menyebabkan kondisi lahan semakin kritis dengan tingkat erosi yang sangat tinggi. Namun apa daya masyarakat telah terlanjur menyandarkan perekonomian mereka dengan pola budidaya tersebut

Apakah  pola tanam yang sudah  lama dan mengakar di masyarakat ini dapat diubah? Jawaban singkatnya adalah: bisa! Namun hal ini membutuhkan beberapa syarat, yaitu:

  • Tidak beresiko secara ekonomi bagi petani
  • Perubahan tidak terjadi secara drastis
  • Dilakukan bertahap dan dalam jangka waktu panjang

Peluang Pengembangan Agrofrestry Dataran Tinggi

Pengembangan agroforestry merupakan salah satu jawaban atas degradasi lingkungan (lahan) yang ada di dataran tinggi Merapi-Merbabu. Agroforestry dikembangkan dengan mengembangkan budidaya komoditi-komoditi yang tidak bersifat musiman namun berjangka panjang, baik itu untuk menghasilkan buah, getah, daun ataupun kayu. Dalam hal ini perlu dipilih jenis-jenis yang mampu beradaptasi dengan kondisi dataran tinggi dan tanah vulkanik

Agroforestri Kawasan Gunung Merapi dan Merbabu

Kopi Arabica Sebagai Pioner

Kopi merupakan salah satu pilihan komoditi yang ramah lingkungan untuk dikembangkan di kawasan ini. Dan jenis kopi yang sesuai dengan dataran tinggi adalah jenis Kopi Arabica. Sebagian petani telah merintis tanaman ini namun belum seberapa jumlahnya. Komoditi ini mulai intensif dikembangkan sejak tahun 2010 melalui program Petani Peduli Lahan oleh Yayasan Infront. Kabar baiknya adalah sebagian petani sudah merasakan manfaat ekonomi dari budidaya kopi Arabica ini.

Saatnya Memperluas Kopi dan Memperkaya Jenis Yang Lain

Yayasan Resiliensi Lingkungan Indonesia telah dan akan melanjutkan pengembangan agroforestry di kawasan ini dengan beberapa langkah, yaitu:

  • Memperluas tanaman kopi arabica
  • Memperkenalkan jenis-jenis komoditi lain yang berjangka panjang dan  sesuai dengan karakter kawasan

Selain kopi arabica beberapa jenis yang potensial untuk dikembangkan di kawasan ini adalah alpokat dataran tinggi (varietas hass) dan juga kacang macadamia. Selain itu juga perlu ditambahkan pohon penghasil kayu seperti suren dan juga sengon. Jenis-jenis ini akan dikombinasikan dengan tumbuhan pakan ternak.

Oleh: Uyung Pramudiyanto

Potensi Wisata di Kawasan Gunung Ungaran

Gunung Ungaran merupakan sebuah gunung berapi yang terletak di pulau Jawa yang mempunyai ketinggian puncak 2.050 meter. Gunung Ungaran terletak di sebelah Selatan -Barat Daya kota Semarang dengan jarak sekitar 40 km, tepatnya berada di Kabupaten Semarang. Gunung Ungaran termasuk gunung berapi type strato, terdiri dari tiga buah gunung yakni Gunung Gendol, Gunung Botak, dan Gunung Ungaran. Puncak tertinggi Gunung Ungaran memiliki ketinggian 2.050 mdpl.

Temperatur udara di kawasan Gunung Ungaran yang menunjukkan kisaran 22 – 27 °C yang terhitung sejuk dibandingkan kawasan Kota Semarang dibawahnya yang merupakan kawasan pesisir yang relatif panas. Didukung dengan pemandangan lanskap kawasan pegunungan yang asri dan beberapa peninggalan cagar budaya seperti candi membuat kawasan ini menjadi tujuan wisata bagi masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya. Kawasan wisata yang awal berkembang di kawasan Gunung Ungaran adalah Bandungan, namun pada gilirannya banyak bermunculan obyek-obyek wisata disekitarnya. Obyek wisata yang bermunculan tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu dikelola secara swadaya oleh masyarakat, banyak diantaranya memanfaatkan lahan hutan negara, bertipe mass tourism, dan mengandalkan lanskap alami sebagai daya tarik wisata. Beberapa obyek wisata di kawasan Gunung Ungaran yang telah dikenal luas oleh masyarakat adalah Air Terjun Klenting Kuning, Bantir Hills, Candi Gedongsongo, Umbul Sidomukti, Pemandian Promas Greenland, Curug Indrokilo, Curug Cemoro Kembar, Curug Citro Arum dan Curug Lawe.

Dari 9 obyek wisata di Gunung Ungaran yang telah dikenal luas oleh masyarakat, 7 diantaranya mengandalkan atraksi yang terkait dengan air. Atraksi berupa air terjun menjadi andalan di 5 lokasi wisata, sedangkan pemandian menjadi atraksi utama di 2 lokasi wisata. Berikut daftar nama obyek wisata beserta lokasi dan atraksi utamanya.

Tabel Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Di Gunung Ungaran
Obyek Wisata Alam Utama di Kawasan Hutan Lindung Gunung Ungaran

Saat ini kegiatan wisata di Gunung Ungaran telah berkembang hingga ke dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Ungaran. Kegiatan wisata alam di dalam Hutan Lindung Gunung Ungaran yang telah dikembangkan oleh masyarakat adalah Curug Lawe Benowo Kalisidi (CLBK), Pos Mawar, Curug Semirang dan Sumber Air Panas Nglimut.

Tabel Obyek Daya Tarik Wisata Alam Di Hutan Lindung Gunung Ungaran

Curug Lawe Benowo Kalisidi

Obyek wisata Curug Lawe Benowo Kalisidi (CLBK) merupakan obyek wisata air terjun ganda yaitu Air Terjun (Curug) Lawe dan Benowo. Kedua air terjun tersebut terletak berdekatan dengan jarak sekitar 500 m. Curug Lawe tidak terlalu tinggi (sekitar 50 m) tetapi memiliki lebar dan luasan yang besar sedangkan Curug Benowo sempit tetapi tinggi. Obyek wisata ini sebagian terletak didalam kawasan Hutan Lindung dan sebagian lainnya (parkir dan tiket masuk) terletak didalam kawasan perkebunan Cengkeh milik swasta. Selain air terjun kembar yang dilengkapi dengan arena foto selfi, obyek wisata ini juga menawarkan keindahan lanskap perkebunan Cengkeh yang terletak di perbukitan dan juga panorama hutan alam disepanjang jalan setapak yang mengikuti alur aliran irigasi menuju lokasi air terjun. Jalur menuju lokasi air terjun berada dipinggiran tebing dimana dibawahnya menganga jurang yang cukup dalam menjadi keunikan tersendiri bagi para pengunjung. Meskipun jarak tempuh dari lokasi parkir menuju air terjun cukup jauh (sekitar 2,5 km) namun suguhan pemandangan yang terkadang diselingi perjumpaan dengan satwa seperti Lutung membuat perjalanan menuju obyek tidak terasa membosankan.

Obyek Wisata Curug Lawe Benowo Kalisidi

Obyek wisata CLBK termasuk salah satu obyek wisata yang paling dikenal dikawasan Gunung Ungaran. Hal tersebut terbukti jika kita mencari di mesin pencari dengan kata kunci “CLBK Ungaran” terdapat lebih dari 5000 ulasan, gambar, maupun video tentang obyek wisata ini. Popularitas ini juga didukung oleh mudahnya aksesibilitas menuju lokasi dimana jalan yang ada meskipun tidak terlalu lebar namun kondisinya bagus. Hanya sayangnya tidak tersedia trayek kendaraan umum menuju lokasi ini.

Obyek wisata ini dikelola oleh LMDH Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Pengelolaan obyek wisata dirintis pada 2005, atas inisiatif masyarakat sendiri. Jalur menuju air terjun memanfaatkan jalur irigasi yang sempit dan berbahaya karena rawan longsor pada saat itu. Secara bertahap kelompok pengelola wisata kemudian melakukan pembenahan dengan melebarkan jalan menggunakan beton. Dana untuk pelebaran jalan berasal dari pendapatan kegiatan wisata yang direinvestasikan untuk perbaikan dan penambahan sarana. Saat ini meskipun masih ada beberapa titik yang rawan tetapi secara umum jalur jalan menuju lokasi air terjun sudah baik, bahkan jembatan kayu yang ada menjadi salah satu atraksi yang menarik bagi wisatawan.

Pos Mawar

Pos Mawar pada awalnya merupakan tempat beristirahat para pendaki gunung yang melakukan pendakian ke puncak Gunung Ungaran. Seringkali para pendaki meminta bantuan warga ketika terjadi kecelakaan saat mendaki. Untuk lebih mengefektifkan pertolongan maka pada tahun 1997 atas inisiatif para pemuda kemudian membangun sebuah base camp yang secara operasional dikelola oleh sebuah komunitas bernama Sakpala. Dalam perkembangannya Pos Mawar kemudian dikelola sebagai sebuah objek wisata bekerja sama dengan Perhutani.

Obyek Wisata Pos Mawar

Obyek Wisata Pos Mawar dikelola oleh LMDH Desa Sidomukti, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Atraksi utama di obyek wisata ini adalah bumi perkemahan dan jalur pendakian Gunung Ungaran. Obyek wisata ini mulai beroperasi pada tahun 1997. Sedangkan perjanjian kerjasama (PKS) antara LMDH dengan Perhutani ditandatangani pada tahun 2016.

Lokasi obyek wisata Pos Mawar untuk jalur pendakian dan bumi perkemahan masuk kedalam kawasan hutan negara, sedangkan basecamp dan lokasi parkir menempati lahan milik swasta yang juga mengelola obyek wisata dibawahnya yaitu Sendang Sidomukti. Pengelola wisata Sendang Sidomukti memiliki konsesi kawasan yang cukup luas sekitar 500 ha yang merupakan hak kelola pinjam pakai dari lahan milik Provinsi. Terdapat kerjasama tidak langsung antara pengelola Pos Mawar dan Sendang Sidomukti dimana pengelola wisata Sendang Sidomukti memberikan bantuan berupa perbaikan akses jalan dan lokasi untuk basecamp dan parkir kepada pengelola Pos Mawar. Kebetulan ketua pengelola Pos Mawar juga merupakan salah satu karyawan di Sendang Sidomukti. Pada perkembangan terakhir ada wacana untuk melegalkan kerjasama tersebut melalui perjanjian resmi tetapi sampai akhir waktu penelitian hal tersebut masih dibahas dan dinegosiasikan antara kedua belah pihak, karena ada pertimbangan posisi Perhutani disana sebagai pengelola lahan hutan negara.

Curug Semirang

Wisata alam Curug Semirang ini memiliki lahan seluas 10 Ha yang terletak di Dusun Gintungan, Desa Gogik, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Sebagian lokasi wisata merupakan areal lahan perkebunan Pala milik PTPN, sedangkan sebagian lainnya merupakan kawasan hutan lindung Perum Perhutani.

Obyek Wisata Alam Curug Semirang

Wisata alam curug Semirang dirintis oleh warga masyarakat Desa Gogik sejak tahun 1975. Pembangunan tahap awal adalah pembukaan akses jalan menuju ke air terjun yang jaraknya kurang lebih 1 km. Dalam perkembangannya, objek wisata ini kemudian dikelola oleh perhutani. Sempat terjadi kesepakatan kerjasama antara Perhutani, Pemerintah Desa, dan PT Perkebunan; namun kemudian diputus pada tahun 2007.  Mulai bulan Februari tahun 2016, pengelolaan curug Semirang Indah diserahkan kepada masyarakat melalui LMDH Semirang Indah.

Biaya wisata di Wisata Alam Curug Semirang Indah cukup murah dimana biaya tiket Rp.5000,00/orang, tiket parkir mobil Rp.5000,00 dan motor Rp.2000,00. Aksesibilitas menuju tempat wisata ini cukup mudah meskipun pada beberapa titik jalan yang dilalui sempit dan melewati pemukiman masyarakat. Jika mengendarai mobil, lokasi parkir terletak agak jauh sekitar 500 m dari pos tiket masuk. Lokasi parkir mobil masih menumpang di dekat lokasi masjid di batas pemukiman. Bagi pengendara motor, kendaraan bisa diparkir di areal pos tiket masuk. Dari lokasi tiket menuju air terjun pengunjung harus berjalan sekitar 1,5 km menyusuri jalan setapak. Topografi yang curam menjadikan perjalanan menuju lokasi membutuhkan kondisi stamina yang cukup fit, namun kelelahan itu terbayar dengan keindahan air terjun setinggi 45 m. Didekat lokasi air terjun terdapat beberapa warung yang menyiapkan makanan dan minuman bagi pengunjung. Satu hal yang patut dipertimbangkan adalah ketersediaan MCK, dimana MCK hanya tersedia di lokasi pintu masuk.

Sumber Air Panas Nglimut

Nglimut, Adalah salah satu tempat wisata yang berada di desa Gonoharjo kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Objek wisata sumber air panas Nglimut mulai dibangun sejak tahun 1984 oleh Perhutani. Dalam pengelolaannya bekerja sama dengan Pemerintah Desa Gonoharjo. Mulai bulan Juli 2017, pengelolaan objek wisata Nglimut diserahkan kepada LMDH Rencana Mulya, Gonoharjo dan dikelola bersama investor.

Obyek Wisata Alam Sumber Air Panas Nglimut

Atraksi yang diunggulkan dari objek wisata ini adalah tiga mata air panas. Daya tarik pendukung lainnya adalah keberadaan situs arkeologi berupa candi (Candi Argosumo), lingga dan yoni, serta bumi perkemahan. Dengan jumlah pengunjung untuk periode Agustus – Oktober 2017 adalah 9,490 orang untuk air panas dan 2.090 orang pengunjung bumi perkemahan dengan omzet Rp. 105.350.000,-. Obyek wisata ini mempekerjakan 8 orang. Dalam pengembangan obyek wisata ini akan dipersiapkan atraksi Air Terjun Tosuto, Air terjun Tempuran, Wahana permainan dan Rumah Pohon.

Aksesibilitas menuju kawasan cukup mudah dengan kondisi jalan yang cukup lebar dengan kondisi yang baik. Lokasi parkir yang menggunakan tanah desa cukup luas baik untuk mobil maupun motor. Disekitarnya juga terdapat banyak warung dan penginapan. Dari pintu masuk menuju lokasi pemandian air panas kita harus berjalan sekitar 1 km menyusuri jalan setapak yang berkelok  dengan kondisi naik dan turun. Didalam lokasi terdapat 2 kolam yaitu air panas dan air dingin. Pengunjung banyak yang datang kesana untuk tujuan pengobatan karena air yang ada dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit dan tulang. Sayangnya lokasi yang cukup jauh cukup menyulitkan bagi pengunjung yang berusia tua yang ingin berendam di kolam panas untuk pengobatan.

Oleh: Akhmad Arief Fahmi