Email Address

info@relung.or.id

Phone Number

+62 851-7544-2708

Our Location

Sleman, Yogyakarta 55573

Revitalisasi Kopi Robusta Umbaran di Petungkriyono: Perbaikan Sistem Lancuran untuk Keberlanjutan

Pojok Pengetahuan

Revitalisasi Kopi Robusta di Petungkriyono: Meningkatkan Produktivitas dengan Sistem Lancuran yang Berkelanjutan

Kopi robusta (Coffea canephora) merupakan salah satu komoditas utama di Kecamatan Petungkriyono. Masyarakat setempat telah lama membudidayakan kopi ini dengan metode tradisional yang dikenal sebagai sistem umbaran. Dalam sistem ini, tanaman kopi ditanam secara acak tanpa jarak tanam yang teratur, bercampur dengan tanaman lain, dan dibiarkan tumbuh tinggi tanpa pemangkasan. Praktik ini sering disebut dengan ’Kopi Songgo Langit’ karena tanaman kopi dibiarkan menjulang tinggi hingga 8-12 meter.

Sejarah Kopi Robusta di Petungkriyono

Kopi robusta di Petungkriyono diduga berasal dari areal Perkebunan Jolotigo di Kecamatan Talun, yang merupakan perkebunan eks-kolonial yang didirikan pada tahun 1875. Pada awalnya, kopi yang dibudidayakan adalah arabika, namun setelah serangan penyakit Karat Daun pada tahun 1876, kopi robusta mulai diperkenalkan karena ketahanannya terhadap penyakit tersebut. Kemungkinan besar, kopi robusta yang saat ini ditanam di Petungkriyono adalah generasi awal yang bibitnya didatangkan dari l’Holticulture Coloniale Brussels, Belgia.

Tantangan Produktivitas Kopi Robusta Umbaran

Meskipun sistem umbaran mencerminkan kearifan lokal dan adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan, produktivitas kopi robusta yang dihasilkan sangat rendah. Dalam satu hektar lahan, seringkali hanya bisa menghasilkan 100-300 kg kopi kering, jauh di bawah rata-rata produktivitas nasional yang mencapai 550 kg/ha/tahun. Rendahnya produktivitas ini disebabkan oleh usia pohon yang tua, kurangnya perawatan dan pemupukan, serta naungan yang terlalu rapat.

Perbaikan Produktivitas melalui Sistem Lancuran yang Disempurnakan

Sistem lancuran merupakan salah satu pendekatan teknis yang dapat meningkatkan produktivitas kopi robusta di Petungkriyono tanpa mengorbankan fungsi konservasi hutan. Sistem ini memungkinkan kopi untuk tumbuh berdampingan dengan tanaman hutan dan satwa liar, dengan beberapa modifikasi sederhana seperti seleksi cabang, perundukan cabang, dan pemeliharaan tanaman.

Seleksi Cabang

Dalam sistem lancuran, hanya 2-4 cabang yang dipelihara untuk memfokuskan energi tanaman pada produksi buah. Cabang yang tidak produktif seperti cabang cacing, cabang balik, dan cabang lanang akan dipangkas untuk meningkatkan hasil produksi.

Perundukan Cabang

Perundukan cabang dilakukan pada cabang ortotrop yang tumbuh dari pemangkasan peremajaan. Cabang dibiarkan tumbuh hingga ketinggian 1,5-2 meter sebelum dirundukkan ke arah horizontal untuk memudahkan perawatan dan pemanenan.

Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan yang sebelumnya jarang dilakukan, kini didorong untuk diaplikasikan dengan memanfaatkan pupuk kandang. Penanaman tanaman bawah seperti kapulaga atau jahe juga dianjurkan untuk mencegah pertumbuhan gulma dan memberikan tambahan pendapatan. Pada lahan yang lebih terbuka, penanaman naungan berupa pohon produktif seperti alpukat, durian, atau jeruk dapat membantu meningkatkan hasil kopi.

Kesimpulan

Revitalisasi kopi robusta di Petungkriyono melalui perbaikan sistem lancuran yang disempurnakan berpotensi meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan fungsi konservasi hutan. Dengan implementasi teknik-teknik ini, petani dapat mencapai kesejahteraan yang lebih baik sambil menjaga keseimbangan ekosistem. Pendekatan ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan di Petungkriyono.

 

Kontributor

Meiardhy Mujianto

“Jangan menumpahkan kopi saya karena itu permata saya yang berharga.”

-Anonim

Tags :
Pojok Pengetahuan
Share This :

Contact Info

Newsletter

Jaga lingkungan bersama Relung Indonesia Foundation! Dapatkan informasi terkini seputar kehutanan dan lingkungan di Indonesia.

Relung Indonesia Foundation

Copyright © 2023. All rights reserved.