Email Address

info@relung.or.id

Phone Number

+62 851-7544-2708

Our Location

Sleman, Yogyakarta 55573

Menghadapi Perubahan Iklim: Tantangan dan Peluang Bagi Petani Indonesia

Gerakan Iklim,Pojok Pengetahuan

Pendahuluan

Perubahan iklim telah menjadi ancaman global yang tidak bisa diabaikan, terutama bagi sektor pertanian di Indonesia. Pertanian adalah tulang punggung perekonomian Indonesia, menyumbang secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang. Namun, sektor ini berada di bawah ancaman serius dari perubahan iklim yang mengakibatkan perubahan pola curah hujan, peningkatan suhu, dan frekuensi bencana alam yang lebih tinggi.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi ketahanan sektor pertanian terhadap perubahan ini adalah struktur usia dan tingkat pendidikan petani. Dalam konteks ini, struktur usia dan tingkat pendidikan petani menjadi faktor kunci dalam menentukan kesiapan mereka menghadapi dampak perubahan iklim. Artikel ini akan mengeksplorasi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh petani Indonesia, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan ketahanan mereka terhadap perubahan iklim dalam kaitannya dengan struktur usia dan tingkat pendidikan yang ada.

Struktur Usia Petani: Tantangan Adaptasi

Menurut data dari Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), berikut adalah distribusi usia petani di Indonesia:

  • Usia 55 tahun ke atas: Sekitar 51%
  • Usia 45-54 tahun: Sekitar 24%
  • Usia 35-44 tahun: Sekitar 15%
  • Usia 25-34 tahun: Sekitar 8%
  • Usia di bawah 25 tahun: Sekitar 2%

 

Berdasarkan data diatas, mayoritas petani di Indonesia adalah individu yang berusia lanjut. Lebih dari separuh petani berusia di atas 55 tahun, sementara hanya sebagian kecil yang berusia di bawah 25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani merupakan generasi yang memiliki pengalaman luas dalam pertanian tradisional.

Namun, struktur usia yang cenderung tua ini menciptakan tantangan dalam hal adaptasi terhadap perubahan iklim. Petani yang lebih tua mungkin mengalami kesulitan dalam mengadopsi teknologi baru dan strategi pertanian yang berkelanjutan.

Tingkat Pendidikan Petani: Peluang Inovasi

Sementara itu, tingkat pendidikan petani juga memainkan peran penting dalam kesiapan mereka menghadapi perubahan iklim. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa sebagian besar petani hanya memiliki pendidikan dasar atau menengah pertama. Hanya sekitar 5% petani yang memiliki pendidikan tinggi. Berikut adalah tingkat pendidikan petani:

  • Tidak sekolah / tidak tamat SD: Sekitar 25%
  • Tamat SD: Sekitar 35%
  • Tamat SMP: Sekitar 20%
  • Tamat SMA: Sekitar 15%
  • Pendidikan tinggi (Diploma / Sarjana): Sekitar 5%

 

Meskipun begitu, tingkat pendidikan yang rendah tidak selalu menjadi hambatan. Petani dengan tingkat pendidikan yang rendah sering kali memiliki pengetahuan lokal yang luas tentang lingkungan dan praktik pertanian tradisional yang dapat menjadi aset berharga dalam menghadapi perubahan iklim.

Strategi Meningkatkan Kesiapan Petani

Untuk meningkatkan kesiapan petani Indonesia menghadapi perubahan iklim, langkah-langkah berikut dapat dipertimbangkan:

  1. Inovasi Kelembagaan Usaha Tani: Sebagian besar petani indonesia adalah petani kecil skala rumah tangga yang mengelola lahan dengan luasan kecil dimana pengelolaannya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Hal tersebut berkonsekuensi pada kompleksitas pengelolaan komoditi dan rendahnya efesiensi usaha tani. Dorongan kolektivisasi pada petani hanya sebatas pada konteks konsolidasi bantuan pemerintah dimana struktur kelembagaan petani padi beririgasi dijadikan model tunggal kelembagaan yang diadopsikan pada semua kondisi. Pengembangan kelembagaan kolektif yang mencakup aspek manajemen, praktek budidaya dan pemasaran bisa menjadi platform yang menjanjikan dimana dukungan dari pemerintah dan pihak lain bisa lebih terarah dan terukur melalui mekanisme pasar dimana koperasi produksi mungkin bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mengelaborasi kolektivitas dan persaingan pasar komoditas.
  2. Pelatihan dan Pendidikan: Program pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan petani berdasarkan usia dan tingkat pendidikan mereka. Ini dapat mencakup pelatihan dalam penggunaan teknologi pertanian modern, manajemen sumber daya alam, dan praktik pertanian berkelanjutan.
  3. Pengembangan Teknologi Adaptasi: Pemerintah dan lembaga terkait harus berinvestasi dalam pengembangan teknologi pertanian yang ramah iklim dan mudah diakses oleh semua lapisan petani. Hal ini dapat mencakup teknologi irigasi hemat air, varietas tanaman tahan cuaca ekstrem, dan sistem monitoring cuaca yang canggih.
  4. Penguatan Jaringan dan Kemitraan: Mendorong kolaborasi antara petani, pemerintah, akademisi, dan sektor swasta dapat meningkatkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman, serta memfasilitasi akses terhadap sumber daya dan informasi yang diperlukan.

Kesimpulan

Perubahan iklim adalah tantangan yang kompleks bagi sektor pertanian Indonesia. Struktur usia dan tingkat pendidikan petani memainkan peran kunci dalam menentukan kesiapan mereka menghadapi tantangan ini. Dengan strategi yang tepat, petani Indonesia dapat mengubah tantangan perubahan iklim menjadi peluang untuk meningkatkan ketahanan pangan dan menciptakan pertanian yang lebih berkelanjutan.

Kontributor:

Meiardhy Mujianto

“Perubahan iklim bukan hanya masalah cuaca, tapi juga kesejahteraan petani yang bergantung pada tanah mereka.”

-Unknown

Tags :
Gerakan Iklim,Pojok Pengetahuan
Share This :

Contact Info

Newsletter

Jaga lingkungan bersama Relung Indonesia Foundation! Dapatkan informasi terkini seputar kehutanan dan lingkungan di Indonesia.

Relung Indonesia Foundation

Copyright © 2023. All rights reserved.