Email Address
info@relung.or.id
Phone Number
+62 851-7544-2708
Our Location
Sleman, Yogyakarta 55573
info@relung.or.id
+62 851-7544-2708
Sleman, Yogyakarta 55573
admin
Agustus 31, 2024
Hari yang baik sering kali dimulai dengan secangkir kopi yang nikmat, yang wajib dimiliki oleh banyak orang di seluruh dunia. Kopi bukan sekadar minuman; ia adalah ritual harian yang menenangkan dan menghubungkan kita dengan jutaan orang di berbagai belahan dunia. Namun, ritual menyeruput kopi ini sedang berada di ambang ancaman besar: perubahan iklim.
Kopi, sebagai salah satu barang utama dalam perdagangan global, kini terancam oleh perubahan iklim. Laporan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyatakan bahwa perubahan iklim berpotensi mengurangi rata-rata hasil panen kopi di seluruh dunia dan menyusutkan lahan yang cocok untuk budidayanya pada tahun 2050. Ini bukan hanya masalah produksi, tapi juga konsumsi, karena kopi adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi kedua di dunia. Asal usul kopi masih penuh dengan misteri dan legenda, namun sejarah mencatat bahwa pada abad kesembilan, orang-orang Arab mungkin telah menemukannya di Afrika dan memperkenalkannya dalam perdagangan melintasi Jalur Sutra. Sejak itu, kopi telah menjadi bagian integral dari kehidupan banyak orang.
Perdagangan kopi global bergantung pada dua spesies utama: Arabika (Coffea arabica), yang mencakup sekitar 60% kopi yang diperdagangkan, dan Robusta (Coffea canephora), yang mencakup 40% sisanya. Meski begitu, genus Coffea memiliki 130 spesies dan tujuh taksa intraspesifik yang semuanya berperan dalam keragaman kopi di seluruh dunia.
Menurut statistik global, produksi kopi dunia rata-rata melebihi 10 juta ton, dengan total luas panen lebih dari 11 juta hektar. Amerika menghasilkan lebih dari 55,5% produksi kopi dunia, diikuti oleh Asia dengan 31,9%. Negara penghasil kopi terbesar termasuk Brasil, Vietnam, Indonesia, dan Kolombia, meskipun lebih dari tujuh puluh negara lainnya juga merupakan produsen berharga.
Namun, dampak perubahan iklim terhadap kopi sangat serius. Dari sebuah studi yang meneliti dampak perubahan iklim terhadap agrosistem kopi didapat hasil 42 makalah yang meneliti dampak perubahan iklim terhadap produksi kopi, 35 melaporkan dampak negatif, dengan hanya beberapa penelitian yang menunjukkan hasil beragam atau positif. Penurunan hasil panen diperkirakan terjadi di tiga benua utama penghasil kopi: Amerika, Afrika, dan Asia, dengan kerugian global yang bisa mencapai 70%. Misalnya, di Brasil, kenaikan suhu optimal untuk produksi Robusta diperkirakan akan menurunkan potensi produksi, mengancam industri kopi bernilai miliaran dolar dan penghidupan jutaan petani.
Perubahan iklim juga mempengaruhi kesesuaian lahan untuk produksi kopi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Billen et al. (2022), dari 54 makalah yang ditinjau, 33 melaporkan penurunan signifikan dalam kesesuaian kawasan untuk budidaya kopi. Negara-negara penghasil kopi utama seperti Brasil, Vietnam, Honduras, dan India diperkirakan akan menjadi kurang cocok untuk produksi kopi. Penurunan paling signifikan diperkirakan terjadi di Etiopia, Sudan, Kenya, Puerto Riko, Meksiko, dan Amerika Latin, dengan pengurangan lahan cocok yang mencapai hingga 90% pada tahun 2080.
Dampak perubahan iklim juga dirasakan pada penyebaran hama dan penyakit kopi. Studi menunjukkan peningkatan distribusi dan tingkat reproduksi hama seperti penggerek buah kopi dan penggerek batang putih kopi, serta peningkatan infestasi nematoda kopi dan penambang daun di Brasil. Penyakit seperti karat kopi menjadi lebih parah di wilayah seperti Kolombia, Amerika Tengah, dan Nikaragua.
Tak hanya itu, perubahan lingkungan yang ekstrem berdampak buruk pada fisiologi tanaman kopi. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi seperti dingin, suhu udara tinggi, dan kekeringan menyebabkan penurunan fotosintesis, laju transpirasi, dan laju asimilasi karbon bersih pada tanaman kopi. Hal ini berakibat pada penurunan hasil panen, perubahan kualitas, dan peningkatan kerentanan terhadap hama dan penyakit.
Perubahan iklim juga memengaruhi mutu biji kopi. Variabilitas iklim mengakibatkan penurunan kualitas biji kopi, seperti yang dilaporkan di Nikaragua. Pada tahun 2050, kemampuan untuk menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi diperkirakan akan menurun, mengakibatkan dampak pada rasa dan aroma kopi.
Perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi produksi, tetapi juga kondisi sosial ekonomi petani. Peristiwa cuaca ekstrem menyebabkan penurunan pendapatan petani, peningkatan biaya produksi, dan peningkatan kerawanan pangan. Ini memaksa petani untuk bermigrasi ke wilayah lain, mengorbankan tutupan hutan, dan mengubah penggunaan lahan.
Meskipun ada beberapa penyesuaian yang bisa dilakukan, seperti mengembangkan varietas kopi yang lebih tahan iklim atau memindahkan zona budidaya ke dataran tinggi, tantangan ini tetap sangat besar. Kesimpulannya, perubahan iklim mengancam keberlanjutan industri kopi global, mempengaruhi jutaan orang yang bergantung pada kopi untuk penghidupan mereka. Kiamat kopi mungkin bukan sekadar fiksi, melainkan kenyataan yang harus dihadapi jika tindakan nyata tidak segera diambil untuk mengatasi perubahan iklim.
Kontributor:
Meiardhy Mujianto
“Secangkir kopi dapat membuat kita belajar, bahwa rasa pahit juga dapat dinikmati.”
-Anonim
Jaga lingkungan bersama Relung Indonesia Foundation! Dapatkan informasi terkini seputar kehutanan dan lingkungan di Indonesia.
Relung Indonesia Foundation
Copyright © 2023. All rights reserved.