
Email Address
info@relung.or.id
Phone Number
+62 851-7544-2708
Our Location
Sleman, Yogyakarta 55573
info@relung.or.id
+62 851-7544-2708
Sleman, Yogyakarta 55573
admin
Desember 6, 2024
Suhu udara yang semakin panas akhir-akhir ini adalah salah satu dampak akibat fenomena perubahan iklim. Sayangnya, dampak perubahan iklim bukan hanya itu saja, tetapi masih banyak lagi dampak-dampak lain seperti kenaikan muka air laut, munculnya hama dan penyakit baru di dunia pertanian, hingga bencana alam yang secara tidak langsung menuntut kita untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang sudah tidak nyaman ini.
Penyebab utama perubahan iklim adalah menumpuknya emisi gas rumah kaca di atmosfer yang menimbulkan efek rumah kaca (greenhouse effect) yang menyebabkan pemanasan global. Aktivitas industri yang masif menggunakan bahan bakar fosil, kebakaran hutan, alih fungsi lahan secara besar-besaran, dan menumpuknya limbah konsumsi yang tidak diolah menjadi pemicu utama lepasnya emisi gas rumah kaca ke atmosfer secara besar-besaran.
Lantas, apa hubungannya antara perubahan iklim dan perubahan perilaku satwa liar?
Bayangkan saja, kita (manusia) yang dianggap sebagai makhluk hidup yang paling adaptif saja sudah merasakan ketidaknyamanan atas perubahan-perubahan ini dan akhirnya memanfaatkan teknologi alat yang tersedia seperti penggunaan kipas angin dan Air Conditioner.
Ternyata, perubahan iklim memicu perubahan perilaku satwa di alam liar, di antaranya:
Hutan tropis Indonesia, seperti di Kalimantan, Sumatera, dan Papua, menghadapi tekanan besar dari perubahan iklim, di antaranya perubahan pola curah hujan dan kebakaran hutan yang lebih sering. Hutan tropis sangat bergantung pada hujan untuk menjaga keseimbangan ekosistemnya. Perubahan pola curah hujan menyebabkan stres pada vegetasi hutan. Hal ini mengurangi kemampuan hutan untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi satwa liar seperti orangutan, harimau Sumatra, dan burung cendrawasih.
Ekosistem pesisir dan laut juga tak luput dari pemanasan global. Erosi dan kenaikan muka air laut berperan dalam kerusakan terhadap ekosistem mangrove. Selain itu, kenaikan suhu air laut menyebabkan pemutihan pada terumbu karang (bleaching) yang memaksa karang mengeluarkan zooxanthellae (ganggang simbiotik yang memberikan warna dan nutrisi pada karang) yang berdampak pada kehilangan habitat bagi ikan-ikan karang dan penurunan keanekaragaman hayati laut.
Banyak spesies reptil seperti kura-kura dan buaya memiliki penentuan jenis kelamin yang bergantung pada suhu (temperature-dependent sex determination). Pada penyu laut, suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan banyak tukik betina yang menetas, sedangkan pada buaya, perubahan suhu ini dapat mengurangi kelahiran buaya jantan. Hal ini dapat mempengaruhi dinamika populasi kedua hewan tersebut. Pada mamalia seperti rusa, stres akibat suhu tinggi dapat mengurangi produksi sperma dan menurunkan tingkat keberhasilan reproduksi.
Terdamparnya mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba menjadi bukti bahwa perubahan iklim juga berpengaruh terhadap perubahan pola migrasi di alam liar. Paus yang bermigrasi antara daerah pemijahan dan kawasan makan di perairan dingin kini terpaksa mengubah rute migrasi mereka karena pengaruh ketersediaan makanan.
Sementara pada spesies terestrial, perubahan iklim memaksa banyak spesies daratan mencari tempat yang lebih cocok secara thermal maupun ekologis. Monyet dan primata di beberapa daerah tropis terpaksa bergerak lebih jauh untuk mencari makan atau tempat bersarang, sehingga berpotensi mengarah pada konflik dengan manusia.
Pemanasan global dapat menyebabkan satwa liar kehilangan habitat alaminya. Akibatnya, banyak spesies mencari habitat baru, yang sering kali terletak di dekat atau bahkan di dalam wilayah permukiman manusia. Hal ini juga dipicu oleh ketersediaan makanan yang mulai berkurang di habitat alaminya ataupun perubahan terhadap jalur jelajahnya.
Konflik satwa liar dan manusia juga berdampak terhadap kerugian yang ditimbulkan, seperti gagal panen di lahan pertanian akibat gangguan monyet ekor panjang, tanaman yang rusak akibat serangan gajah, bahkan korban jiwa akibat serangan harimau yang baru-baru ini terjadi di Provinsi Lampung.
Perubahan iklim menuntut kita untuk lebih peduli lagi terhadap kelestarian alam. Sebagai langkah awal yang harus dilakukan sebagai upaya untuk menghadapi perubahan iklim adalah lebih bijak lagi dalam memilih apa yang kita konsumsi, meminimalisir limbah yang dihasilkan, hemat energi, dan turut aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.
Ahmad Rifa’i
“Worry often gives a small thing a big shadow.”
-Swedish proverb
Jaga lingkungan bersama Relung Indonesia Foundation! Dapatkan informasi terkini seputar kehutanan dan lingkungan di Indonesia.
Relung Indonesia Foundation
Copyright © 2023. All rights reserved.